Wednesday, August 23, 2017

Cabe - Cabean ter~HOT

LegendaKiu, Jakarta - Suatu hari aku mendapat perintah dari boss untuk mendatangi rumah Ibu Maria, menurutnya antena parabola Ibu Maria rusak tidak keluar gambar gara - gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor Harley Davidson, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah Ibu Maria, aku disambut oleh anaknya yang masih SD kelas 6, namanya Chelly. Karena aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Chelly segera menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah Ibu Maria sepi sekali, hanya ada Chelly yang masih mengenakan seragam sekolah, kelihatannya dia juga baru pulang dari sekolah.


"Jam berapa sih Ibumu pulang, Chell..??"

"Biasanya sih yah, sorean antara jam 6~an,"jawabnya.

"Iya, tadi Om disuruh ke sini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar gambar..?"

"Betul, Omm.sampai - sampai Chelly nggak bisa nonton diantara dua pilihan, rugi deh.."

"Coba ya Om betulin dulu parabolanya.." Lalu segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya butuh 20 menit saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser karena tiupan angin.

Nah, awal pengalaman ini berawal ketika aku akan turun dari genteng, kemudian minta tolong pada Chelly untuk memegangi tangganya. Saat itu Chelly sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan baju semi yucansi putih. Kedua tangan Chelly terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan tidak terbuka lebar sekali dan ujung kerahnya yang kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti ingin melihat karena dari atas pemandangannya sangat trasparan. Ketiak Chelly yang ditumbuhi bulu - bulu tipis dan daging dadanya dari samping sangat sensual sekali, lalu dari ujung kerahnya terlihat gumpalan dadanya yang kencang dan putih mulus.

Batang rudalku langsung aktif seketika berdenyut - denyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang merangsang. Chelly memakai BH hitam, mungkin dia suka warna hitam, payudaranya berukuran sedang tapi jelas kelihatan kencang, namanya juga payudara remaja yang belum terkena polusi. Dengan manahan nafsu, aku pelan - pelan menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Chelly tampak tidak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan payudaranya. Tapi yahh.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba - tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang. Yang pasti setelah selamat sampai ke bumi, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas.

Aku baru menyadari kalau sekarang di rumah ini hanya ada kami berdua, aku dan seorang gadis remaja yang cantik. Chelly memang cantik, dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju semi ketimbang seragam sekolah yang kaku. Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah turun ke betis lalu naik lagi ke dada. Kelihatannya pantas diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena  perangkat dalamnya kan belum ketahuan.

"Omm kok memandang saya begitu sihh..! saya jadi malu dong.." katanya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mukaku. "Waahh..sorry dehh Chell..habis selama ini Omm baru sadar kecantikanmu," sahutku sekenanya, sambil tanganku menepuk pipinya. Wajah Chelly langsung memerah, barangkali tersinggung, emang dulu-dulunya nggak cakep??! "Iiidduhhh..Om kok jadi genit deh.." Duilah senyumnya bikin hati gemas, terlebih merasa dapat angin harapan.

Setelah itu aku mencoba menyalakan TV dan langsung muncul RCTI. Oke, beres deh, tinggal merapikan kabel - kabel yang berantakan di belakang TV. "Coba Chell..bantuin Om pegangin kabel merah ini.." dan karena posisi TV agak rendah maka Chelly terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna merah. Pakaian Chelly yang pendek tidak cukup untuk menutup piggangnya, akibatnya sudah bisa diduga. Pahanya yang mulus dan putih bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna biru CD Chelly. Seketika itu jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan cepatnya, dan bertambah cepat lagi kala selangkangan Chelly agak terbuka dan dia diam saat kupegang tangannya untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung tangannya kubelai, diam saja sambil menundukan wajah dan mengigit bibirnya, aku pun segera memperbaiki posisi.

Kala itu tangannya kuremas Chelly telah mengeluarkan keringat dingin, lalu pelan - pelan kudongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya. "Chelly, kamu cantik sekali..Boleh Om menciummu?" kataku sesendu mungkin. Chelly hanya diam tapi perlahan matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya lalu kedua pipinya. dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia membuka sedikit bibirnya dan mengeluarkan sedikit lidahnya. Itupun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda. Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Chelly menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Chelly mempertemukan lidahnya dengan lidahku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas - puasnya, lidahnya kusedot. Chelly pun mengikuti caraku.

Pelan - pelan tubuh Chelly kurebahkan ke lantai. Chelly menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di keningnya lagi. Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk mulai mencari titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip ular mengincar mangsa. Karena Chelly memakai yucansi yang pendek, semuanya terlihat jelas dari perut dan pahanya yang mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis baru berusia sekitar 16 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga sang mangsa mabuk. dan kelihatannya Chelly bisa memahami sikapku, kala aku kesulitan menyingkap bajunya yang tertindih pinggul, Chelly sedikit mengangkat pinggulnya. Wahh, sungguh seorang gadis yang penuh pengertian.

"Aahh..AAhh.." hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya kegelian ketika mulutku mulai mencium batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung CD lalu bergeser sedikit lagi ke tengah. Terasa sudah lembab CD Chelly. Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat di tengahnya-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas gemas gundukan itu. Chelly memejamkan matanya rapat - rapat dan mengigit sendiri bibir bawahnya dan terasa celananya langsung basah entar Chelly pipis atau apa.

Hawa yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku hingga tinggal tersisa celana dalam saja. Tanpa ragu lagi kupelorotkan celana dan CD Chelly. DUILAAHHHH...baru kali ini aku melihat bukit kemaluan seindah milik Chelly. Luar biasa..padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. dan ketika kutekuk lutut Chelly lalu kubuka kakinya, tampak bibir goa Mrs. V masih bersih dan sedikit kecoklatan warnanya. Chelly tidak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa mendesah - desah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut. Begitulah gadis ABG. Gam-Gam-Sus (gampang gampang susah) apa Sus-Sus-Gam (susah susah gampang).

Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan terbuka sia - sia begitu saja. Aku segera mengarahkan wajahku dan bibirku di sela - sela selangkangannya Chelly dan menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua kakinya. Bibirku kubuka lebar - lebar untuk bisa melahap seluruh bukit goa Mrs. V. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap semua goa Mrs. V gadis ABG yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir goa Mrs. Vnya. Setiap lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas - puasnya seisi selangkangan Chelly sampai bersih. Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah - tengah bibir kemaluannya. Dan ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di klitorisnya, Kujepit klitorisnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya tampa kompromi. Chelly gak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannya memberontak ke atas - bawah dan bergeser - geser ke kiri - kanan. Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat dahsyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek klitorisnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Chelly sudah tidak mengenal lagi siapa dirinya, boro - boro mikir, untuk bernafas saja tidak bisa dikontrol, dan tiba - tiba keluar dari dalam goa cairan yang sedikit hangat dan berwarna kekuning-kuningan. Aku semakin ganas dan melupakan softly itu siapa.

Batang rudalku sudah amat sangat aktif dan sangat besar bergerumuh seluruh isinya. Demi melihat Chelly tersenggal - senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku, CD. Tanpa ba..bi..bu..be..bo.. segera kuarahkan ujung rudalku yang sudah aktif tinggal ditembakkan saja ke pangkal selangkangan Chelly. Sekilas aku melihat Chelly mendekik kuatir melihat perubahan perangaiku. Rudalku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh pusar bila berdiri tegak. Chelly kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya untuk menutupi goanya. "Maaf jalan diblokir...!!!"

"Ammpunn Oom..jangan lah Omm..Jangannn Oomm jangann.." tangan Chelly mencoba menghalau kedatangan senjataku yang siap mengarah ke pangkal pahanya. Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai agak acak - acakan.

"Chelly takut Oom, nanti kalau mama tahu pasti Chelly dimarahin. dan lagi Chelly nggak pernah kayak ginian. Chelly juga jadi malu.." katanya setengah mau menangis dan membetulkan bajunya untuk menutupi tubuhnya.

"Jangan kuatir Chell, Oomm tidak bermaksud jahat terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Chelly, dan lagi Chelly jgn takut sama Omm. semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan "beginian". Jangan takut beginian karena ini enak sekali ya Chell.

"Iyahh, Chelly tahu tapi Chelly nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu - tahu Chelly jadi begini..?" Air mata Chelly mulai mengalir dari pojok matanya. Melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya. Agak lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Chelly bisa memahami seluruhnya .Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi.

"Coba sekarang Chelly belajar pegang rudaknya Omm, bagus khan," aku meraih tangannya lalu membimbingnya ke badan rudalku. Tangannya kaku sekali tapi setelah perlahan - lahan kuelus - eluskan pada badan rudalku, otot tangannya mulai mengendor. Lalu tangannya mulai menggenggam badan rudalku. Pelan - pelan tangannya kutuntun maju - mundur. Kelembutan tangannya membuat batang rudalku mulai membesar kembali, sampai akhirnya tangan Chelly tidak cukup lagi menggenggamnya. Dan Chelly kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi tangannya bergerak sendiri.

"Aahh..enak sekali Chell..AAhhH.. kamu memang gadis yang pintar..uuhh.." mulutku tak sanggup menahan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku. Sementara itu tangan kiriku mulai menjalari seluruh syarafku. Sementara itu tangan kiriku mulai meremas dadanya yang masih tertutup kaos dan BRAnya. Belum pernah aku meremas payudara sekeras milik Chelly. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lalu dengan cepat kulumat bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya lidah Chelly pun mengikuti yang kulakukan. Dari matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah membakar tubuhnya. Segera aku meminta Chelly untuk melepas bajunya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu - ragu Chelly segera berdiri lalu menarik bajunya ke atas lalu membuka BHnya. Batang rudalku semakin berdenyut - denyut menyaksikan tubuh mungil Chelly tanpa mengenakan satu pakaianpun. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar semangatku. Betul - betul sempurna. kedua payudaranya menggelembung indah dengan pentil yang mengarah ke atas mengingatkanku pada payudaranya Holly Hart (koleksinya PlayBoy).


"Chelll, tubuhmu luar biasa sekali..Hebattt!!!" pujianku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu.

"Oomm, boleh nggak Chelly mencium itunya Ooom??" Chelly tersipu - sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya tidak etis kalau aku menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku. "Tentu saja boleh kalau Chelly menyukainya.." Kubikin semanis mungkin senyumku. Chelly pun mengambil posisi dengan berjongkok lalu kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala badan kejantananku. Pelan - pelan lidahnya menyusuri sekeliling batang kejantananku. Senesasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi kedua payudaranya.

"Auughh..enak sekali Chell..Teruss..Cher, coba ke sebelah sini," kataku sambil  menunjuk ke buah pelirku. Chelly segera paham lalu menjulurkan lidahnya ke pelirku. Chelly menggerakkan lidahnya ke kanan-kiri atas-bawah."oom, ke kamar Chelly aja yuk biar nggak gerah.." Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.

"Terserah Chelly aja deh.." balasku.

Begitu Chelly merebahkan tubuhnya ke springbed, aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia - siakan. Terutama di payudaranya yang aduhai. Tanganku seakan tak pernah lepas dari liang kewanitaannya. Setiap tanganku menggosok klitorisnya, tubuh Chelly menggerinjal entah mengapa. Sementara itu batang kejantananku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikian besarnya.

Akhirnya kutuntun batang kejantananku ke arah liang bibir Mrs. V Chelly. Liang kewanitaannya yang telah kebanjiran sangat berguna sekali, bibirnya yang kencang memudahkan batang rudalku melesat masuk ke dalam. Sedikit - sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Chelly meremas kain seprei. Kalau Chelly merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur, maju, "bless..." Tak kusangka liang kewanitaan Chelly bisa menerima batang kejantananku yang keterlaluan besar. begitu amblas seluruhnya ke dalam, Chelly menjerit kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuhku. tapi aku tetap menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Liang senggama Chelly sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang. Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Chelly mengejangkan liang kewanitaannya yang bagiku malah memabukkan karena liang kewanitaannya jadi semakin keras menjepit batang kejantananku. Erangan, rintihan dan jeritan Chelly terus menggema memenuhi ruangan. Rupanya Chelly pun menikmati setiap gerakan batang kejantananku melaju cepat ke dasar liang senggamannya. Dan mengerang lirih ketika kutarik batang kejantananku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Ketika batang kejantananku melaju dengan kecepatan tinggi, meledaklah muatan di dalamnya. Batang kejantananku menhujam keras, dan kandas di dasar jurang. Chelly pun melengking dan pinggulnya naik ke atas hampir seperti kayang sambil mendekap kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna. Setelah kucabut batang kejantananku kulihat darah di seluruh batang dan lantai lalu kubersihkan semuanya dan kami pergi ke kamar mandi untuk membersihkannya lalu kami kembali ke depan untuk memakai pakaian kita kembali lalu waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 dan tak lupa kukecup kening Chelly lalu aku bergegas kembali ke kantor dan melapor bahwa kerjaan saya di rumah Ibu Maria sudah selesai.

Keesokan harinya aku mendapat telepon dari Ibu Maria. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau mengetahui skandalku dengan anaknya. Mulanya aku tidak berani menerimanya, tapi daripada Ibu Maria natni ngomongin semua perbuatanku pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima teleponnya dengan nada sedikit gemetar.

"Hallo.. apa kabar Ibu Maria."

"Ohh baik, terima kasih loh pak, parabolanya sekarang sudah bagus, dan sekalian Ibu mau tanyakan ongkos servisnya berapa ya..?"

"Ahh, enggak usah deh, Bu.. Tidak ada yang rusak kok bu hanya antenanya yang bergeser karena ditiup angin kencang malam kemarin bu jadi arahnya berubah dan antenanya tidak bisa menangkap sinyal satelit.."

"Jangan begitu Pak, nanti Ibu nggak mau servis ke tempatmu lagi loh.."

"Wahhh... tapi cuma sebentar saja loh Ibu kerja saya.."

"Iyaa, bagaimanapun kan kamu sudah keluar keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yah, kamu ke rumah Ibu, ibu tunggu lhoo.."

"Iya dehh kalau Ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima kasih, Bu."

Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah Ibu Maria. Lagi - lagi Chelly yang menerimaku

"Wahh, terlambat Omm. Ibu daritadi nungguin Omm datang. Barusan saja Ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi masuk aja Omm, soalnya ada titipan dari Ibu."

Sampai di dalam, kelihatannya Chelly tengah belajar bersama dengan teman - temannya. Ada 3 orang cewek sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati sekilas teman Chelly kok cakep - cakep yah. Aku membalas sapaan mereka yang ramah.


"Kenalin ini Omm gue yang baru datang dari Jawa Tengah." Kaget juga aku dikerjain Chelly. Satu persatu kusalami mereka, Sese, Jenny, Kristin. Senyum mereka ceria sekali. Di usia mereka memang belum mengenal kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal bilang ke mama, mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas kelihatan anak orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka  yang membedakan dari orang miskin. Sese punya lesung pipi seperti aktris Italy, Jenny wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Kristin yang berbadan paling besar mirip seorang aktris Mandarin. Persis aktris - aktris lagi makan rujak bareng. Habis aku paling binggung kalau mendeskripsikan gadis cantik, rasanya nggak cukup selembar folio.

Aku menurut saja ketika tanganku diseret ke dalam oleh Chelly sambil berpamitan pada temannya mau mengantar Ommnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung direbahkan ke kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku dengan sangat ganas."Oom, Chelly mau lagi." rengeknya manja.

Ya, ampun sungguh mati aku sanggat nggak bisa menolaknya. Aku pun segera membalas ciumannya. Nafsu birahiku menanjak tajam. Chelly yang masih mengenakan seragam SDnya terguling ke samping hingga giliranku yang diatas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan ganas. Dari lehernya hingga ke perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Chelly yang meronta - ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangannya. Gundukan kemaluannya yang empuk dan basah membuat tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya. CD Chelly yang berwarna hijau mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang bertubi - tubi.

Akupun sangat merindukan Chelly, hingga rasanya tak sabar lagi untuk segera menancapkan batang rudalku. Segera kupeloroti CDnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah lobang goa Mrs. Vnya, lalu kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Chelly pun semakin menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek - ngorek isi kemaluannya. Nikmat sekali rasanya. Klitorisnya yang menyembul kecil jadi sasaran bila Chelly menghentak badannya ke atas. Sepertinya Chelly sudah "out of control" karena tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih. Demikian juga halnya denganku, entah berapa CC cairan memabukkan dan air pipis yang telah kuteguk.

Batang rudalku yang sudah "maximal" kuarahkan ke liang senggama Chelly. Sekilas kulihat Chelly menggigit bibirnya sendiri menanti kedatangan rudalku. Akupun tak ingin menyia - nyiakan kesempatan yang sangat langka ini. Benar - benar kunikmati tiap tahapan badan rudalku melesak ke dalam liang Mrs. Vnya. Sedikit demi sedikit badan rudalku kutekan ke bawah. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Chelly kala makin dalam rudalku menelusuri liang Mrs. Vnya. Akhirnya, "Blesss.." Habis sudah seluruh badan rudalku terbenam ke liang kenikmatannya. Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asik saja. Memang luar biasa goa Chelly, begitu lembut dan mencengkeram. Ingin rasanya berlama - lama dalam liang goanya.

Semakin lama semakin dahsyat aku menghujamkan rudalku sampai Chelly menjerit tak kuasa menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Chelly berkelojotan sambil meremas ganas rambutku. Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Kiranya Chelly tengah mengalami puncak orgasme yang merasuki segenap ujung syarafnya.

Menyaksikan pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang rudalku. Dan rasanya aku tak bisa lagi menahan lebih lama lagi, lebih lama lagii.., lebih lama lagi. Secepatnya kucabut rudalku dan segera kuarahkan ke mulut Chelly. Chelly agak gugup menerima rudalku, tapi nalurinya bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku. Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang kemaluanku. Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang rudalku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras habis - habisan. Beberapa kali rudalku mengejut mengeluarkan lahar. Ohh, my GOD..!!!

Keasyikanku berdua dengan Chelly membuat kami tidak merasakan jam yang terus berjalan. Tidak terasa hampir 3 jam kami meninggalkan teman - teman Chelly di luar. Sekilas terdengar suara kasak - kusuk, seperti ada orang lagi mengintip perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Chelly, aku jadi tak mempedulikannya. Kulirik Chelly masih tergolek tanpa penutup apa - apa dengan tubuh telentang kelelahan. Wajahnya yang terlihat polos sangat indah dengan paduan tubuh kecil yang mulus. Kakinya masih membuka lebar, seperti sengaja memamerkan keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan kemaluannya memang belum berbulu sehingga jelas kelihatan bibir kemaluannya yang merah muda.

"Chell, teman - temanmu kelihatannya lagi pada ngintip lho.." kataku berbisik di telinganya.

"Hehh..??!" jawabnya sambil segera menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Teman - temanmu.." sekali lagi aku meyakinkannya sambil menunjuk ke pintu.

"Wadduhhh, Gawattttt...gimana nihhh.. Oommm..??"

"Tenang aja, cepat pakai baju kamu lagi dan seakan - akan nggak ada apa - apa, okey?"

"Tapi Chelly jadi malu sama mereka dong," katanya manja dan wajahnya berubah merah sekali.

"Sudah dehh jangan dipikirin, anggap saja kita nggak tahu kalau mereka pada ngintip."

Akhirnya kami keluar kamar juga, dan teman - teman Chelly kelihatan sekali pura - pura sibuk mengerjakan soal - soal. Terlebih wajah mereka bertiga tersapu rona merah, dan tampak menahan senyum. Wah agak grogi juga aku untuk menyapa mereka. Sekali lagi aku tertolong oleh usiaku yang jauh di atas mereka. Kata orang langkah awal memang sulit untuk dilakukan.

"Haallooo, belum selesai nihh soal - soalnyaa..??" kata awal yang akhirnya meluncur juga.

"Iyaahhh..OOoMmmm.." seperti koor mereka menjawab serentak. Dan makin memperhatikan kegugupan mereka. Boleh juga nih. Dan ide - ide cemerlang pun segera bermunculan, Baramgkali tidak terpikirkan oleh seorang Einstein.

"Sebaiknya istirahat dulu biar fresh pikiran kita, jadi nanti kita akan dengan mudah mengerjakan soal - soal rumit kayak gitu," Saranku menirukan seorang psikiater. Sebab menurut hematku mereka pasti juga turut terangsang mengintip perbuatan kami. Dengan kata lain mereka menyetujui perbuatan itu, kalau nggak setuju yah jelas nggak mau ngintip. Jadi kesimpulannya kalau mereka mau mengintip berarti juga mau untuk berbuat seperti itu.

"Begini, Oom tahu kalau kalian tadi mengintip Oom dikamar. Tapi kalian tidak perlu kuatir sama Om. Omm ga marah kok. Malah senang bisa memberi kalian pelajaran baru. Tapi Oom juga kepingin lihat kalian telanjang juga dong, biar adil namanya. Iyah, nggak??"

Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara malu dan takut.

"Maaf Oom, tadi kami tidak sengaja mengintip." kata Kristin ketakutan sambil merapatkan pahanya.

"Baiklah kalau begitu oOm tidak mau memaksa kalian, Oom juga sayang sama kalian. Kalian semua cantik - cantik. Sekarang  daripada kalian ngintip, Oom nggak keberatan untuk nunjukkin rudal Oom. Lihat yah dan kalian semua harus memegangnya. Yang nggak mau megang nanti Oomm telanjangi!" suaraku bertambah nada ancaman. Dan aku pun segera membuka resleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana dalam, hingga rudalku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong keluar. Serempak Sese, Jenny, Kristin menutup wajah mereka. Aku acuh saja mendekati mereka satu per satu dan menarik tangannya untuk memegang burungku. Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel di burungku.

Chelly yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku. "Sudahlah Omm jangan begitu , lebih baik kita semua telanjang bersama saja, itu memang yang paling adil. Lagian kita juga sudah biasa mandi bersama kok, iya kan teman - teman. Sese, Jenny, Kristin diam saja tampak malu - malu mempertimbangkan tawaran Chelly. "Baiklah karena diam berarti kalian setuju. Ayo dong Kris, biasanya kamu paling suka membukakan bajuku." kata Chelly sambil menghampiri lalu merangkul Kristin. "Iya deh saya setuju, tapi asal yang lain juga setuju loh." Kristin mengumpan lampu kuning.

"Oke, saya juga setuju agar konsekuen dengan perbuatan kita." Jenny menimpalinya. "Demi kalian aku juga boleh - boleh saja." Akhirnya Sese juga memberi keputusan yang melegakkan hatiku.

"Nah begitu baru kompak namanya. Yukk kita bareng - bareng ke kamar saja.." sahut Chelly.

Jantungku bergerak kencang sekali, membuat langkahku limbung. Di depanku berjalan 4 gadis imut - imut alias ABG, Chelly dan ketiga temannya, Sese, Jenny, Kristin, menuju kamar Chelly. Mulanya binggung harus bagaimana, tapi situasi yang memaksaku berbuat spontan saja. Mereka semua kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang.

"Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Omm. Om nggak mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan bermain dalam dunia yang baru, yang belum pernah kalian rasakan. Kalian tak perlu malu, kalian tinggal menuruti apa saja yang Oom perintahkan. Sekali lagi rileks saja, anggaplah kita sedang menjalani pengalaman yang luar biasa." Banyak sekali sambutan yang keluar begitu saja dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar nanti tidak kacau. Akhirnya mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah mereka mulai muncul senyum - senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Wajah mereka memerah kala aku mengucapkan kata - kata yang berbau gituan.

Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan. Chelly memlih Sese sebagai pasangannya, sedangkan Jenny dengan Kristin. Padahal batang rudalku sudah gemetaran ingin segera melabrak mereka, tetapi nalarku yang melarangnya. "Sekarang kalian coba saling membukakan baju pasangan kalian sampai tinggal BH dan CD saja. Biar nanti  sisanya Oom yang bukain."

Mulanya mereka ragu bergerak, utunglah ada Chelly yang berpengalaman dan Kristin yang agresif sekaligus paling cantik (bodynya) dan menggiurkan. Kristin memang lebih menonjol dari semuanya, badannya yang bagus tergambar dalam baju tipisnya, hingga BHnya menerawang membentuk gundukan yang sempurna. Chelly dan Kristin tampak tertawa kecil membuka kancing baju temannya yang tak bisa mengelak lagi. Dan tentu saja Jenny membalas perbuatan Chelly, demikian pula Jenny. Wah, tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk. Hatiku bersorak girang melihat mereka saling berebut melepas baju pasangannya. Sementara itu otakku terus berputar mencari solusi terbaik untuk step berikutnya, selalu saja setiap cara ada kemungkinan terjadi penolakan. Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku.

Pasangan Chelly dan Sese kelihatannya kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang. hanya BH dan CD saja yang menempel di badannya. Untuk Chelly tak perlu kuceritakan lagi, lagian para pembaca juga sudah pernah ikut menikmati keindahan tubuhnya pada penggalan di atas. Sedangkan Sese yang berbadan putih mulus masih malu - malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan ikut menonton Kristin dan Jenny yang belum selesai. Sementara itu, Kristin dan Jenny sampai berguling di lantai. Kelihatannya Jenny menolak dibuka rok bawahnya, tapi Kristin ngotot menelanjanginya, Chelly dan Sese turut tertawa menonton pergulatan seru itu. Dan karena gemas melihat Kristin kewalahan atas pemberontakan Jenny, Chelly dan Sese segerak bergerak membantu Kristin dengan memegangi kaki Jenny yang tengah menendang - nendang. Secepat kilat Kristin melorotkan rok bawah Jenny sampai terlepas.

"Heehhh..kalian curang..Nggak mau, Jenny nggak mau sama kalian lagi.." Jenny berteriak dengan sengit dan seperti mau nangis. "Tenang Jenny, kita kan lagi bersenang - senang sekarang, dan lagi kenapa kamu mesti seperti itu. Bukankah kamu sendiri tadi sudah ikut setuju. Dari tadi Omm nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapapun. Hanya kita - kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah. Percaya deh sama Oom."

Untunglah saranku kelihatannya dapat diterima, apalagi melihat Krsitin segera membuka bajunya sendiri yang kusut sekali. Satu persatu kancing bajunya dibuka, dan sekali merosot sekujur keindahan tubuhnya terpampang. Tak kusangka Kristin terus melepas BH~nya, kemudian membungkuk dan melepas CD~nya. Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh susunan syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak. Sebuah pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di depanku.

"Luar biasa..Hebattt..Nahhh dengan begini berarti Jenny nggak boleh ngambek lagi lho. Lihat Kristin telah membayar kontan. Yuk kalian semua duduk lagi di ranjang sini." Segera mereka sekali lagi menuruti perintahku. Aneh memang, selama ini aku nggak pernah kenal sama ilmu gaib - gaib seperti di Mak lampir, tetapi kenyataannya kok bisa mereka begitu saja patuh padaku.

"Nah sekarang kalian semua berbaring," Mereka patuh lagi. Dengan kaki terjuntai di lantai mereka semua membaringkan tubuhnya. "Sekarang kalian diam saja, Oom akan memberi sesuatu pengalaman baru seperti yang kalian tonton waktu Omm sama Chelly. Kalian tinggal menikmatinya saja sambil menutup mata kalian biar lebih konsentrasi." Sengaja aku menjatuhkan pilihan pertama pada Jenny.

Perlahan - lahan kubuka CD~nya, kakinya agak menegang. Sedikit demi sedikit terus kutarik ke bawah. Segundukan daging mulai terlihat. Detak jantungku kembali berdegup cepat. Dan lepaslah celana dalamnya tanpa perlawanan lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu - bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku. Sedikit kurentang kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik bukit itu. Lalu demgan kedua jempol kubuka sedikit celah itu hingga terlihat semua isinya. Aku sampai menelan air liurku sendiri demi melihat liang goa Mrs. V Jenny. Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan kulumat dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap liang goa Mrs. V Jenny, rasanya tak ingin aku menyia - nyiakan kesempatan. Dan tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal goanya, Jenny mendesis kegelian. Kombinasi lidah dan bibir kubuat harmonis sekali. Beberapa kali Jenny mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila. Kutekankan lidahku ke lubang liang dasar Mrs. V Jenny yang sedikit terbuka. Rasanya ingin masuk lebih dalam lagi tapi tak bisa, mungkin karena kurang keras lidahku. Hal ini membuat Jenny beberapa kali mengerang keenakkan.

"Aduuhhh..Oomm..enak sekali..teruuss..OOmm..Oohhh.." mulut Jenny mendesis - desis keenakan. Dan setiap lidahku menerjang liang Mrs.V nya, Lina menghentakkan pinggulnya ke atas , seakan ingin menenggelamkan lidahku ke dalam liang goanya. Banyak sekali cairan kental mengalir dari liang goanya, dan seperti kehausan aku menelan habis - habisan. Persis seperti orang sedang berciuman, cuma bedanya bibirku kali ini mengunyah bibir liang Mrs. Vnya Jenny hingga mulutku berlepotan lendir.

Kristin yang berbaring di sebelah Jenny tampak gelisah, beberapa kali kulihat dia merapat - rapatkan pahanya sendiri. Rupanya dia ikut hanyut melihat permainanku. Diantara mereka berempat, dia memang yang tercantik dan terseksi, Karena itulah mungkin yang membuatnya sedikit genit, lebih matang, dan lebih berbulu. Hebat nain, anak SD liang Mrs. Vnya sudah selebat itu. Sambil mulutku bermain di liangnya Jenny, sedari mataku terus memperhatikan liangnya Kristin. Beberapa kali tanganku ingin meremasnya tapi kuatir kelakuanku bisa mengecewakan Jenny. Habis kalau dia ngambek bisa berantakan. Sebagai kompensasinya tanganku meremasi kedua payudara Jenny yang kecil dan nyaris rata dengan dada. Putingnya yang lembut kugosok - gosok dan kupencet.

"Jenn, udah dulu yahh.. nanti lain kali Omm lanjutin lagi, yahhh." kataku sambil mengecup bibirnya. Yang diajak ngo tidak menjawab, cuma wajahnya jadi merah seperti kepiting rebus. Sekali lagi kukecup di keningnya. Segera aku bergeser ke sebelah  dan langsung menindih tubuh Kristin.

"Kristin yang cantik, yang seksi." Walau tengah telentang, payudaranya tetap tegak ke atas dan diperindah dengan puting yang besar. Kudekatkan bibirku ke bibirnya, langsung menghindar. Barangkali tak tahan mencium aroma liang goanya Jenny. Wajarlah, memang mulutku seperti habis makan jengkol. Segera kuturunkan mulutku ke lehernya, kucumbui semesra mungkin. Kristin kegelian. Lalu saya turun lagi. Sambil kuremasi payudaranya segera masuk ke mulutku. Kuhisap dan kujilati pentilnya. Karuan saja Kristin meronta - ronta. Entah kegelian apa keenakkan, aku tak peduli. Bergantian kedua payudaranya kujilati semua permukaannya. Nafsuku rasanya sudah diujung ubun - ubun. Batang rudalku telah mendongkrak perkasa sekali, beberapa kali berdenyut minta perhatian. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya segera kumasukkan ke liang Kristin. Sekali lagi nalarku terkontrol, karena memang aku sudah berjanji pada mereka. Tidak ada liang kewanitaan yang kumasuki batang rudalku. Lagian memang aku benar - benar ingin semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Coba kalau tiba - tiba ada yang menangis karena menyesal memberikan keperawanan mereka begitu saja padaku. Nggakklahh..

Kaki Kristin kurenggangkan sedikit. Bukit berbunganya indah sekali, yang namanya labia mayora sebetulnya nggak karuan bentuknya tapi selalu memancarkan keajaiban magnetis bagi setiap pria yang memandangnya (tentu yang normal atau paling tidak seperti mimin..^.^). Barangkali kalau aku yang bikin daftar keajaiban dunia, Labia Mayora menempati urutan teratas. Siapa setuju kirim email, nanti kubawa berkas dukungannya ke Majelis Liang Kewanitaan Nasional (MLKN).

Singkat kata segera mulutku kembali beroperasi di wilayah ajaib itu. Pelan-pelan kutarik dengan bibirku kedua labia mayora kepunyaan Kristin secara bergantian. Kemudian, lidahku mencongkel keras ke pangkal pertemuan pasangan labia itu, dan berputar - putar di tonjolan daging kecilnya yang konon paling rawan sentuhan. Memang luar biasa efek sampingnya, seketika sekujur tubuh Kristin bergoncang. Makin keras goncangannya, makin gila pula lidahku berayun - ayun. Aroma yang khas muncul lagi seiring mengalirnya lendir encer. Harta terpendam inilah yang kucari. Lidahku terus menyongsong ke dalam liang Mrs. V Kristin.

Kristin yang terus meronta - ronta menahan gejolak penjarahan liang kewanitaannya, berinisiatif mengambil bantal dan meletakkan di bawah pantatnya. Aku sampai heran perawan kecil ini kok sudah punya insting yang baik. Sambil kedua kakinya nangkring di pundakku, Kristin membiarkan aku dengan leluasa menjelajahi seisi liang kewanitaannya. Kali ini lidahku berhasil masuk semua ke dalam liang kewanitaannya, enak sekali.

Aku sudah tidak tahan lagi, segera tangan kananku mengocok batang kejantananku sambil segera berpindah ke sebelah lagi. Kali ini giliran Sese yang kelihatannya berdebar - debar menunggu giliran. Itu terlihat dari gerakan matanya yang gelisah. Tanpa basa - basi lagi kuraih sebuah bantal dan kuletakkan di bawah pantatnya, dan kurentangkan kedua kakinya menjepit badanku yang berlutut di lantai. Liang kewanitaannya mereka persis di depan hidungku. Sambil terus mengocok batang rudalku, segera lidahku menerobos ke lubang senggamannya, Sese sempat berontak. Duilah aku sampai kesurupan, lupa sama teman bermain yang masih yunior. Oke, softly dan gently again maunya.

Baca juga Daun muda Tante~Ku

Sambil menahan nafas yang sebetulnya sudah ngos - ngosan (nggak sempat minum extra joss) kucumbui liang kewanitaan Sese. Liang kewanitaan yang satu ini agak gemuk dan berbulu walau tak selebat milik Kristin. Walau tak seindah Labia Mayoranya Kristin, tapi tetap punya daya tarik tersendiri. Belum lagi aromanya yang semerbak harumnya. Tetap pelan - pelan, kutelusuri tiap lekukan yang ada di liang kewanitaannya. Sedap juga lho bermain slowly dan gently seperti ini. Klitorisnya yang agak membesar bergoyang mengikuti gerakan lidahku. Entah kata - kata apa saja yang keluar dari mulut Sese. Kurang jelas memang. Tapi kuyakini itu suara erangan dan rintihan gadis ABG yang tengah enjoy dan penuh semangat. Membakar semangatku pula dalam memacu tanganku  pada batang kejantanan sendiri. Kedengarannya tragis sekali. Bak peribahasa orang kelaparan dalam lubang padi.

Pantat Sese yang padat dan besar membuat lubang anusnya ikut terbuka waktu diganjal bantal dan daging anusnya ikut keluar. Tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat - jilat anusnya. Sese makin mengaduh keenakkan apalagi kala lidahku mencoba menerobos masuk ke anusnya. Sese pun menunjukkan kerja sama yang baik dengan mengangkat pinggulnya dan menekan anusnya supaya semakin keluar dan terbuka. Akupun semakin turut meningkatkan speed game~nya. Agak capai juga berlutut terus, aku naik ke atas dan menindih tubuh Sese. Kuciumi sekujur payudaranya yang tak kalah kencang dengan punya Kristin. Dan walau kalah besar, keindahannya susah untuk dinilai. Sambil menciumi payudaranya, tanganku makin cepat mengocok batang kejantanan sendiri.

Akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama lagi, sekujur tubuhku tiba - tiba menegang. Seiring dengan semburan keras yang berapi - api di batang kejantananku, segera aku melumat habis mulut Sese yang mungil. Lidah Sese memberi sambutan hangat dengan mengais - ngais lidahku. Selepas kami bercengkrama dengan mereka semua kecuali Chelly akhirnya mereka minta pamit setelah sebelumnya mereka memakai seragam mereka kembali. Setelah mereka pergi, saya melakukan percintaan dengan Chelly kembali hingga 1 jam sebelum jam 6 sore karena Ibu Maria akan pulang ke rumah pada jam 6 tepat. Selesai kami bercinta, saya berpura - pura mengerjakan antena parabola itu sambil sekali - kali mengerlingkan mata kepada Chelly walaupun Ibunya sedang mengerjakan tugas kantor di sisinya.

No comments:

Post a Comment